Senin, 05 November 2012

Merajut Tatanan Intelektual HIMA Persis menuju Peradaban Ulul Albab (Sebuah Pengantar Menumbuhkan kesadaran Urgensi Tradisi Intelektual Islam dikalangan kader HIMA Persis )

Oleh: Dilan Imam Adilan (Ketua PK Hima Persis STAI Persis Garut)

A. Pendahuluan
Ciri khusus kebangkitan Islam kontemporer adalah tidak sekedar bermodalkan semangat, ungkapan verbal, dan slogan, melainkan komitmen terhadap Islam[1] dan adab-adabnya, bahkan sunnah-sunnahnya. Seperti kita saksikan dikalangan kaum elite terpelajar mahasiswa contohnya menjamurnya majelis-majelis ilmu di pelataran masjid di perguruan tinggi (yang berkembang pesat di era 2000-an dengan istilah Halaqah) biasanya di prakarsai oleh DKM masjid contohnya :DKM masjid Salman ITB menjadi sebuah desain corak tersendiri munculnya halaqah-halaqah mahasiswa yang menjadi tonggak lahirnya tradisi Intelektual Islam di universitas-universitas, selain itu lewat halaqah ini bangkitlah semangat untuk mempelajari Islam dan konsumsi terhadap literatur keislamanpun semakin banyak membludak. 

Jumat, 02 November 2012

MAKNA PROGRESIFITAS BAGI HIMA PERSIS


Oleh: Jajang Hidayatullah*

Dalam kamus ilmiah, Progresif diartikan ‘berhasrat maju; selalu (lebih) maju, meningkat’ (Agus tin, 2001:434). Progresif bagi kehidupan saat ini merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, apalagi bagi ‘organisasi kader’ seperti Hima Persis. Karena kalau kita tidak berubah atau sama sekali tidak berkeinginan untuk maju, konsek-wensinya  kita akan dianggap seperti fosil dinosaurus yang telah mati.
Tentunya progresifitas yang dimaksud mempunyai pengertian yang utuh dan sesungguhnya. Mental membangun atau progresifitas tidak diartikan pada pemahaman kearah perkara yang bersifat fisik, atau malah terjebak pada istilah    modernitas,    sehingga pengertiannya menjadi sempit karena berkubang pada hal yang bersifat kasat mata saja. Perlu diingat bahwa Kejayaan fisik suatu peradaban sangat melenakan. seringkali kejayaan itu diadopsi dari peradaban Barat yang sekuler, tak ayal kecanggihan teknologi dan pengetahuan yang berkembang di Barat pun me-maksa kita sebagai umat Islam harus silau dan pasrah berkiblat buta ke Barat. Perlu juga disampaikan disini, bahwa Modernisasi—‘simbol kemajuan’— yang diajarkan Barat acap kali senyawa dengan sekulerisasi. Padahal sekulerisasi bukanlah syarat mutlak kemodernan dan kemajuan. Masyarakat tidak mesti menjadi sekuler untuk menjadi modern.