HIMA Persis; Pejuang Idealis Islam
Oleh: Fajar Shiddiq
Oleh: Fajar Shiddiq
HIMA Persis, sebagai salah satu organisasi Mahasiswa yang bisa dibilang “organisasi kemarin sore”, tentunya masih meraba-raba dan tertatih-tatih untuk unjuk taring dipentas dakwah dan pergerakan kampus. Berbeda hal dengan organisasi-organisasi mahasiswa lain seperti, Himpunan Mahasiswa Islam atau yang familier ditelinga kita disebut dengan HMI yang sudah malang-melintang dalam pentas pergerakan dakwah kampus. Tentunya organisasi ini sudah memiliki nama dan telah menorehkan pelbagai prestasi gilang-gemilang.
Akan tetapi, kendatipun HIMA
Persis masih sangat belia/dini untuk bisa menorehkan catatan heroik.
Namun HIMA Persis akan terus berusaha merenda mimpi dan memetakan alur
pergerakan untuk melahirkan kader-kader militan yang siap menangtang
waktu demi sebuah perubahan. Sampai pada akhirnya kami berharap HIMA
Persis menjadi bayi ajaib yang bisa tetap konsisten dan berkontribusi
untuk kemajuan Islam.
Maka dengan meminjam bahasa Ahmad Wahib “Pejuang-pejuang Idealis Islam”, kami sebagai kader HIMA Persis memberanikan diri untuk meperkenalkan pada khalayak umat bahwa kami adalah ‘Para Pejuang idealis Islam’. Bahkan tidak hanya idealis, tapi moralis dan agamis. serta tidak hanya menjadikan HIMA Persis sebagai organisasi mahasiswa yang penuh dengan ritual aksi turun ke jalan dan kader politisi yang haus akan ‘proyek’, namun kami akan berusaha menjadi motor penggerak serta yang me-monitoring alur pergolakan pemikiran yang berkembang.
Oleh karenya, ketika kata Jalaluddin ar-Rumi mengatakan; sudah lama kucari orang yang menginginkan tindakan, tetapi mereka semua menginginkan kata-kata. Maka saksikanlah kami sebagai organisasi sekaligus kader dakwah dan aktivis kampus, kami akan berusaha dengan segenap kemampuan untuk mengimplementasikan “dari wacana ke pergerakan”. Bukan hanya dari wacana ke wacana sampai wacana lagi.
Semangat; Bandara Pemberangkatan
Agak sedikit menggelikan jika menamakan diri sebagai Himpunan Mahasiswa yang revoluisioner atau pejuang, tetapi nihil dengan semangat dan gairah pergerakan. Padahal cita-cita dan visi untuk menjadi mahasiswa yang revolusioner itu butuh dengan namanya semangat dan gairah yang menyala-nyala. Sehingga bisa diketahui apa yang dimaui –revolusioner- dari semangat yang menyala-nyala itu.
Kita coba belajar pada mereka yang hidup di era kemerdekaan, ada sederet nama para pejuang yang berbekal semangat yang menyala-menyala untuk satu kata yang sangat dirindukian bangsa saat itu, yaitu ‘kemerdekaan’. Mereka bertaruh nyawa berkorban idiologi untuk melepaskan diri dari kungkungan kolonialis, mereka membakar api semangat dari keterinjak-injakan sampai akhirnya berteriak lantang. Inilah keajaiban semangat para pejuang, mampu menghantarkan bangsa dari keterjajahan menuju kemerdekaan.
Maka, semangat adalah modal penting untuk mewujudkan satu pase perubahan dan menjadi kader para pejuang idealis islam. akan Tetapi perlu diingat, dengan hanya bermodal semangat yang menyala-nyala tidak malah menjadikan para pejuang idealis itu terlalu emosional dan kurang rasional. Sehingga semangat itu malah menjadi angin ribut yang memporak-porandakan konstruk yang sudah tegap. Justru semangat itu harus menjadi penyeimbang antara rasional dan emosional agar konsep dan planing menjadi berjalan mulus.
Visi; Bekal Perjalanan
Kata Soekarno, Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Inilah visi, cita-cita atau mimpi-mimpi yang bertanggal yang kata Albert Einstein “jauh lebih penting dari pengetahuan” mengapa? Karena pengetahuan itu bersifat lampau, sudah berlalu dan terbatas. Sedangkan visi adalah masa depan yang tak terbatas, visi lebih besar daripada sejarah dan dengan visi inilah kita wahai HIMA Persis!! Akan membangun sebuah gambaran ideal dalam perspektif jangka panjang, membuat satu lukisan bening tentang mimpi, harapan dan cita-cita untuk menjadi Kader dakwah dan pejuang idealis Islam.
Dengan visi inilah, kita akan melang-lang buana mengepakan sayap pergerakan, menggigit gigi graham dan menunjukan bahwa islam akan dijaga oleh para pejuang idealis, islam akan dijaga peluh keringat dan pengorbanan. Maka dengan visilah kita berbekal, agar alur pergerakan semakin tertata dengan rapih.
Ilmu; Zet Tempur Pejuan Idealis
Setelah semangat tertata dan terbangun, maka alangkah baiknya jika diri dibekali dengan segudang ilmu yang mumpuni. Karena untuk menjadi pejuang idealis Islam yang Ilmiah pemikirannya mesti dijejali dengan ilmu dan wawasan yang luas. Sehingga langkah pergerakan dan dakwah akan semakin ‘elegant’ dan menawan untuk dipandang serta nyentrik untuk dilihat.
Karena kita lihat fenomena pentas dakwah para pemuda yang hanya berbekal dengan semangat saja, malah menjadikan diri mereka sebagai parasit pergerakan saja. Mereka ngomong seenak perut tanpa pernah memikirkan out-put yang akan terjadi setelah itu. Sehingga pada akhirnya, pentas dakwah yang seyogyanya membawa Islam pada arena kegemilangan justru malah membuat Islam terpojok dan dihinakan.
maka berbekal ilmu bagi kader militan HIMA Persis menjadi satu kebutuhan dan bahkan menjadi satu kewajiban. Karena semangat berbekal ilmu pun sejalan dengan moto serta jargon yang selalu digaungkan oleh kader HIMA Persis, yaitu Wa Mâ Yadzdzakkaru Illâ Ûlul Albâb. jargon ini memiliki makna yang sangatlah komprehensif dan akan sangat berat dan memalukan untuk disematkan pada kader HIMA Persis jika tidak bisa berbekal dengan ilmu yang mumpuni serta wawasan yang luas.
Inilah seruan pada diri dan kita semua sebagai kader pejuang idealis Islam yang siap bergerak menggoyang nadi-nadi yang hampir mati. Dan berdakwah menuju pase perubahan yang sangat signifikan ditengah regam pemikiran manusia yang hendak menghancurkan bangunan Islam serta memecah belah ikatan ukhuwah islamiyah diantara sesama umat Muhammad.
Disiplin; Amunisi Mematikan
Teringat dengan satu Novel Seri Kaze yang berjudul ‘Pembunuhan Sang Shogun’, pada sinopsisnya terdapat satu ungkapan yang sangat menarik “melahirkan budaya yang tak biasa, karakter yang istimewa dan pejuang tangguh.” Kurang lebih seperti itu, ini yang membuat menarik perhatian kami, bahwa mau tidak mau Kader HIMA Persis setidaknya harus menjadi pejuang-pejuang idealis Islam yang mampu menciptakan budaya yang tak biasa, budaya baru dalam pentas dakwah, budaya baru dalam mengemas satu pase kemajuan; HIMA Persis harus mampu melahirkan karakter-karakter yang istimewa dan luarbiasa; serta HIMA Persis harus mampu untuk menjadi pejuang militan berderap membela Islam, gegap-gempita menyuarakan kebenaran.
Namun, untuk mengejawantahkan mimpi-mimpi itu bukan hal yang sangat mudah dan sepele, karena butuh kerja keras dan keringat yang menetes di peluh sebagai bukti usaha. Maka kata Salim A.Fillah mimpi-mimpi bertanggal itu haruslah diaping dan dibarengi dengan sikap mental yang disiplin. Karena mana mungkin seorang pejuang akan lahir jika peribadinya saja tidak diatur dan disiplin. Maka dari sinilah kita berangkat, kita mewujud demi sebuah perubahan yang revolusioner. Mencipta kader-kader yang menjungjung disiplin dan progresif dalam pergerakan.
Maka dengan meminjam bahasa Ahmad Wahib “Pejuang-pejuang Idealis Islam”, kami sebagai kader HIMA Persis memberanikan diri untuk meperkenalkan pada khalayak umat bahwa kami adalah ‘Para Pejuang idealis Islam’. Bahkan tidak hanya idealis, tapi moralis dan agamis. serta tidak hanya menjadikan HIMA Persis sebagai organisasi mahasiswa yang penuh dengan ritual aksi turun ke jalan dan kader politisi yang haus akan ‘proyek’, namun kami akan berusaha menjadi motor penggerak serta yang me-monitoring alur pergolakan pemikiran yang berkembang.
Oleh karenya, ketika kata Jalaluddin ar-Rumi mengatakan; sudah lama kucari orang yang menginginkan tindakan, tetapi mereka semua menginginkan kata-kata. Maka saksikanlah kami sebagai organisasi sekaligus kader dakwah dan aktivis kampus, kami akan berusaha dengan segenap kemampuan untuk mengimplementasikan “dari wacana ke pergerakan”. Bukan hanya dari wacana ke wacana sampai wacana lagi.
Semangat; Bandara Pemberangkatan
Agak sedikit menggelikan jika menamakan diri sebagai Himpunan Mahasiswa yang revoluisioner atau pejuang, tetapi nihil dengan semangat dan gairah pergerakan. Padahal cita-cita dan visi untuk menjadi mahasiswa yang revolusioner itu butuh dengan namanya semangat dan gairah yang menyala-nyala. Sehingga bisa diketahui apa yang dimaui –revolusioner- dari semangat yang menyala-nyala itu.
Kita coba belajar pada mereka yang hidup di era kemerdekaan, ada sederet nama para pejuang yang berbekal semangat yang menyala-menyala untuk satu kata yang sangat dirindukian bangsa saat itu, yaitu ‘kemerdekaan’. Mereka bertaruh nyawa berkorban idiologi untuk melepaskan diri dari kungkungan kolonialis, mereka membakar api semangat dari keterinjak-injakan sampai akhirnya berteriak lantang. Inilah keajaiban semangat para pejuang, mampu menghantarkan bangsa dari keterjajahan menuju kemerdekaan.
Maka, semangat adalah modal penting untuk mewujudkan satu pase perubahan dan menjadi kader para pejuang idealis islam. akan Tetapi perlu diingat, dengan hanya bermodal semangat yang menyala-nyala tidak malah menjadikan para pejuang idealis itu terlalu emosional dan kurang rasional. Sehingga semangat itu malah menjadi angin ribut yang memporak-porandakan konstruk yang sudah tegap. Justru semangat itu harus menjadi penyeimbang antara rasional dan emosional agar konsep dan planing menjadi berjalan mulus.
Visi; Bekal Perjalanan
Kata Soekarno, Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Inilah visi, cita-cita atau mimpi-mimpi yang bertanggal yang kata Albert Einstein “jauh lebih penting dari pengetahuan” mengapa? Karena pengetahuan itu bersifat lampau, sudah berlalu dan terbatas. Sedangkan visi adalah masa depan yang tak terbatas, visi lebih besar daripada sejarah dan dengan visi inilah kita wahai HIMA Persis!! Akan membangun sebuah gambaran ideal dalam perspektif jangka panjang, membuat satu lukisan bening tentang mimpi, harapan dan cita-cita untuk menjadi Kader dakwah dan pejuang idealis Islam.
Dengan visi inilah, kita akan melang-lang buana mengepakan sayap pergerakan, menggigit gigi graham dan menunjukan bahwa islam akan dijaga oleh para pejuang idealis, islam akan dijaga peluh keringat dan pengorbanan. Maka dengan visilah kita berbekal, agar alur pergerakan semakin tertata dengan rapih.
Ilmu; Zet Tempur Pejuan Idealis
Setelah semangat tertata dan terbangun, maka alangkah baiknya jika diri dibekali dengan segudang ilmu yang mumpuni. Karena untuk menjadi pejuang idealis Islam yang Ilmiah pemikirannya mesti dijejali dengan ilmu dan wawasan yang luas. Sehingga langkah pergerakan dan dakwah akan semakin ‘elegant’ dan menawan untuk dipandang serta nyentrik untuk dilihat.
Karena kita lihat fenomena pentas dakwah para pemuda yang hanya berbekal dengan semangat saja, malah menjadikan diri mereka sebagai parasit pergerakan saja. Mereka ngomong seenak perut tanpa pernah memikirkan out-put yang akan terjadi setelah itu. Sehingga pada akhirnya, pentas dakwah yang seyogyanya membawa Islam pada arena kegemilangan justru malah membuat Islam terpojok dan dihinakan.
maka berbekal ilmu bagi kader militan HIMA Persis menjadi satu kebutuhan dan bahkan menjadi satu kewajiban. Karena semangat berbekal ilmu pun sejalan dengan moto serta jargon yang selalu digaungkan oleh kader HIMA Persis, yaitu Wa Mâ Yadzdzakkaru Illâ Ûlul Albâb. jargon ini memiliki makna yang sangatlah komprehensif dan akan sangat berat dan memalukan untuk disematkan pada kader HIMA Persis jika tidak bisa berbekal dengan ilmu yang mumpuni serta wawasan yang luas.
Inilah seruan pada diri dan kita semua sebagai kader pejuang idealis Islam yang siap bergerak menggoyang nadi-nadi yang hampir mati. Dan berdakwah menuju pase perubahan yang sangat signifikan ditengah regam pemikiran manusia yang hendak menghancurkan bangunan Islam serta memecah belah ikatan ukhuwah islamiyah diantara sesama umat Muhammad.
Disiplin; Amunisi Mematikan
Teringat dengan satu Novel Seri Kaze yang berjudul ‘Pembunuhan Sang Shogun’, pada sinopsisnya terdapat satu ungkapan yang sangat menarik “melahirkan budaya yang tak biasa, karakter yang istimewa dan pejuang tangguh.” Kurang lebih seperti itu, ini yang membuat menarik perhatian kami, bahwa mau tidak mau Kader HIMA Persis setidaknya harus menjadi pejuang-pejuang idealis Islam yang mampu menciptakan budaya yang tak biasa, budaya baru dalam pentas dakwah, budaya baru dalam mengemas satu pase kemajuan; HIMA Persis harus mampu melahirkan karakter-karakter yang istimewa dan luarbiasa; serta HIMA Persis harus mampu untuk menjadi pejuang militan berderap membela Islam, gegap-gempita menyuarakan kebenaran.
Namun, untuk mengejawantahkan mimpi-mimpi itu bukan hal yang sangat mudah dan sepele, karena butuh kerja keras dan keringat yang menetes di peluh sebagai bukti usaha. Maka kata Salim A.Fillah mimpi-mimpi bertanggal itu haruslah diaping dan dibarengi dengan sikap mental yang disiplin. Karena mana mungkin seorang pejuang akan lahir jika peribadinya saja tidak diatur dan disiplin. Maka dari sinilah kita berangkat, kita mewujud demi sebuah perubahan yang revolusioner. Mencipta kader-kader yang menjungjung disiplin dan progresif dalam pergerakan.